Elektronik yang sudah tidak terpakai di rumah menimbulkan tumpukan rongsokan (logam berat dari baterai bekas). Biasanya rongsokan tersebut dibuang bersamaan dengan sampah rumah tangga lainnya. Aktivitas tersebut tentunya berpotensi menimbulkan pencemaran yang membahayakan lingkungan yang kadang tidak diketahui oleh masyarakat. Kondisi tersebut mendorong tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat aplikasi bank sampah keliling digital yang dikenal dengan Rongsokin.
“Aplikasi ini membantu masyarakat menjual rongsokannya kepada pengepul dengan mudah tanpa harus keluar rumah,” kata Ketua Tim Rongsokin, Annisyah Amelia Fadhilah.
Aplikasi inovatif ini menyediakan jasa jual-beli barang rongsokan melalui pengepul keliling yang bisa diakses secara fleksibel secara daring.
Penggunaannya sangat mudah, Annisa menjelaskan pengguna hanya perlu mencentang jenis barang-barang rongsokan yang akan dijual. Selanjutnya pengguna mencantumkan alamat rumahnya dengan lengkap, sehingga pengepul akan langsung menuju ke lokasi terkait.
“Pengepul akan menjemput barang rongsokannya dan melihat kondisi barang, lalu transaksi dilakukan,” kata dia.
Meski begitu, aplikasi ini tidak hanya digunakan untuk menjual barang rongsokan digital saja, melainkan plastik, kertas, kaca, logam, dan kain. Setiap barang yang diklasifikasikan menjadi enam jenis tersebut dengan memiliki harga yang sudah dipatok dalam aplikasi.
Ia menjelaskan pemasangan harga ini bertujuan agar pengepul bisa mendapatkan uang sesuai dengan harga rongsokannya.
“Karena selama ini seringkali kami lihat para pengepul mendapat hasil yang lebih kecil dari seharusnya,” kata Nisyah memaparkan.
Selanjutnya, Nisyah menjelaskan uang yang diperoleh dari hasil transaksi antara pengepul dan penjual rongsokan akan divaluasi dalam rongsok poin. Yakni ada akumulasi poin yang bisa ditukarkan ke dalam rupiah, tepatnya dalam bentuk e-money.
Dalam menjelankan rencana tersebut, Nisyah mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan, perbankan, OVO, dan platform e-money lainnya.
Selain bertransaksi barang rongsokan, mahasiswi angkatan 2019 ini berujar bahwa dirinya bersama tim telah menyediakan sejumlah artikel yang menarik seputar sampah, barang rongsokan, limbah elektronik, dan sebagainya.
“Jadi, para pengguna bisa membaca dan mengedukasi diri soal barang rongsokan, sampah, limbah, dan topik-topik lain yang terkait,” tandasnya.
Hingga saat ini, aplikasi Rongsokin sudah bisa diakses oleh masyarakat umum melalui Google Play. Di dalamnya, sejumlah 30 pengepul telah bergabung dengan aplikasi ini dan siap melayani transaksi. “Namun, sementara ini transaksi hanya bisa dilakukan di daerah Surabaya saja,” cetusnya.
Mahasiswi kelahiran 2002 ini mengimbuhkan bahwa adanya kolaborasi dengan pengepul di dalam aplikasi Rongsokin menjadi pembeda dengan aplikasi serupa lainnya. Berkaitan dengan kelebihan-kelebihan lainnya, tim yang berada di bawah bimbingan dosen Dr Eng Rony Seto Wibowo ST MT ini juga telah berhasil merebut medali perunggu di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2021 lalu pada kategori poster.
Terakhir, Nisyah berharap agar hadirnya Rongsokin bisa berkembang dan menggaet banyak pengguna aktif, serta bermanfaat bagi mereka. “Setelah Rongsokin banyak berkembang, kami juga berharap bisa me-launching Rongsok Care dan Rongsok Society, semacam aksi peduli kepada orang-orang di sekitar kita,” pungkasnya.
Adapun tim pembuatan aplikasi Rongsokin tersebut terdiri dari Annisyah Amelia Fadhilah (Departemen Teknik Elektro), Farid Cenreng (Departemen Teknik Komputer), Muhammad Adib Afkari (Departemen Teknik Elektro), Cellerina Yolanda Evitasari (Departemen Teknik Elektro), dan Shafira Cahyasakti (Departemen Teknik Elektro). Fiy.